Semoga bermanfaat baik untuk yang melamar ataupun yang dilamar, ataupun bagi yang sudah berumah tangga. Renungan buat yang sedang mencari pasangan hidup ataupun yang sedang mengemudi bahtera rumah tangga. Mengapa? Kerana Dia Manusia Biasa.
Setiap kali ada sahabat yang ingin menikah, Irda selalu mengajukan pertanyaan yang sama. "Kenapa kamu memilih dia sebagai suami/isterimu? "Jawapannya ada bermacam-macam. Bermula dengan jawapan kerana Allah hinggalah jawapan duniawi. Tapi ada satu jawapan yang sangat menyentuh di hati Irda. Hingga saat ini Irda masih ingat setiap butir percakapannya. Jawapan dari salah seorang teman yang baru saja menikah. Proses menuju pernikahannya sungguh ajaib. Mereka hanya berkenalan 2 minggu. Kemudian membuat keputusan menikah. Persiapan pernikahan mereka hanya dilakukan dalam waktu tak sampai sebulan saja. Kalau dia seorang akhwat, Irda tidak hairan. Proses pernikahan seperti ini selalu dilakukan. Dia bukanlah akhwat. Satu hal yang pasti,dia jenis wanita yang sangat berhati-hati dalam memilih suami. Trauma dikhianati lelaki membuat dirinya sukar untuk membuka hati. Ketika dia memberitahu akan menikah, Irda tidak menganggapnya serius. Mereka berdua baru sangat kenal. Tapi Irda berdoa, semoga ucapannya menjadi kenyataan. Irda tidak ingin melihatnya menangis lagi. Sebulan kemudian dia menemui Irda. Dia menyebutkan tarikh pernikahannya. Serta meminta Irda untuk memohon cuti, agar dapat menemaninya semasa majlis pernikahan. Begitu banyak pertanyaan dikepala Irda.
Irda ingin tahu! Mengapa dia begitu mudah menerima lelaki itu. Ada apakah gerangan? Tentu suatu hal yang istimewa. Hingga dia boleh memutuskan untuk bernikah secepat ini. Tapi sayang, Irda sedang sibuk ketika itu (benar-benar sibuk). Irda tidak dapat membantunya mempersiapkan keperluan pernikahan. Beberapa kali dia menelefon Irda untuk meminta pendapat tentang beberapa perkara. Beberapa kali juga irda telefon dia untuk menanyakan perkembangan persiapan pernikahannya. Kami tenggelam dalam kesibukan masing-masing. Irda mengambil cuti 2 hari sebelum pernikahannya. Selama cuti itu Irda memutuskan untuk menginap di rumahnya. Pukul 11 malam sehari sebelum pernikahannya, baru kami dapat berbual -hanya-berdua. Hiruk-pikuk persiapan akad nikah esok pagi, sungguh membelenggu kami. Pada awalnya kami ingin berbual tentang banyak hal. Akhirnya, dapat juga kami berbual berdua. Ada banyak hal yang ingin Irda tanyakan. Dia juga ingin bercerita banyak perkara kepada Irda. Beberapa kali Bondanya mengetuk pintu, meminta kami tidur.
Setiap kali ada sahabat yang ingin menikah, Irda selalu mengajukan pertanyaan yang sama. "Kenapa kamu memilih dia sebagai suami/isterimu? "Jawapannya ada bermacam-macam. Bermula dengan jawapan kerana Allah hinggalah jawapan duniawi. Tapi ada satu jawapan yang sangat menyentuh di hati Irda. Hingga saat ini Irda masih ingat setiap butir percakapannya. Jawapan dari salah seorang teman yang baru saja menikah. Proses menuju pernikahannya sungguh ajaib. Mereka hanya berkenalan 2 minggu. Kemudian membuat keputusan menikah. Persiapan pernikahan mereka hanya dilakukan dalam waktu tak sampai sebulan saja. Kalau dia seorang akhwat, Irda tidak hairan. Proses pernikahan seperti ini selalu dilakukan. Dia bukanlah akhwat. Satu hal yang pasti,dia jenis wanita yang sangat berhati-hati dalam memilih suami. Trauma dikhianati lelaki membuat dirinya sukar untuk membuka hati. Ketika dia memberitahu akan menikah, Irda tidak menganggapnya serius. Mereka berdua baru sangat kenal. Tapi Irda berdoa, semoga ucapannya menjadi kenyataan. Irda tidak ingin melihatnya menangis lagi. Sebulan kemudian dia menemui Irda. Dia menyebutkan tarikh pernikahannya. Serta meminta Irda untuk memohon cuti, agar dapat menemaninya semasa majlis pernikahan. Begitu banyak pertanyaan dikepala Irda.
Irda ingin tahu! Mengapa dia begitu mudah menerima lelaki itu. Ada apakah gerangan? Tentu suatu hal yang istimewa. Hingga dia boleh memutuskan untuk bernikah secepat ini. Tapi sayang, Irda sedang sibuk ketika itu (benar-benar sibuk). Irda tidak dapat membantunya mempersiapkan keperluan pernikahan. Beberapa kali dia menelefon Irda untuk meminta pendapat tentang beberapa perkara. Beberapa kali juga irda telefon dia untuk menanyakan perkembangan persiapan pernikahannya. Kami tenggelam dalam kesibukan masing-masing. Irda mengambil cuti 2 hari sebelum pernikahannya. Selama cuti itu Irda memutuskan untuk menginap di rumahnya. Pukul 11 malam sehari sebelum pernikahannya, baru kami dapat berbual -hanya-berdua. Hiruk-pikuk persiapan akad nikah esok pagi, sungguh membelenggu kami. Pada awalnya kami ingin berbual tentang banyak hal. Akhirnya, dapat juga kami berbual berdua. Ada banyak hal yang ingin Irda tanyakan. Dia juga ingin bercerita banyak perkara kepada Irda. Beberapa kali Bondanya mengetuk pintu, meminta kami tidur.
Sahabat Irda: Aku tak boleh tidur.(memandang Irda dengan wajah bersahaja)
Irda faham keadaanya ketika ini.
Irda :Matikan saja lampunya, satgi dia igt kita dah tidoq.
Sahabat Irda : Ya.. ya." (Dia mematikan lampu bilik)
Sahabat Irda : Ya.. ya." (Dia mematikan lampu bilik)
Kami meneruskan perbualan secara berbisik-bisik. Suatu hal yang sudah lama sekali tidak kami lakukan. Kami berbual banyak perkara, tentang masa lalu dan impian-impian kami. Wajah keriangannya nampak jelas dalam kesamaran. Memunculkan aura cinta yang menerangi bilik ketika itu. Hingga akhirnya terlontar juga sebuah pertanyaan yang selama ini Irda pendamkan. "Awat hang pilih dia?" Dia tersenyum simpul lalu bangkit dari baringnya sambil meraih telefon bimbitnya dibawah bantal. Perlahan dia membuka laci meja hiasnya. Dengan bantuan lampu LCD handphone dia mengais lembaran kertas didalamnya. Perlahan dia menutup laci kembali lalu menyerahkan sekeping sampul kepada Irda. Irda menerima sampul cuti dari tangannya. Sampul putih panjang dengan cop surat syarikat tempat calon suaminya bekerja. Apa ini?. Irda melihatnya tanpa mengerti.
hehehe..., dia ketawa geli hati.
hehehe..., dia ketawa geli hati.
Sahabat Irda: Bukak je ler....
Sebuah kertas Irda tarik keluar. Kertas putih bersaiz A4, Irda melihat warnanya putih. (Teruknya dia ni)
Irda menggeleng-gelengkan kepala sambil menahan senyum.
Sementara dia cuma ketawa melihat ekspresi Irda. Irda mula membacanya. Irda membaca satu kalimat diatas, dibarisan paling atas. Dan sampai saat ini pun Irda masih hafal dengan kata-katanya. Begini isi surat itu........
************ ********* *******
Kepada ...... Calon isteri saya, calon ibu anak-anak saya, calon menantu Ibu saya dan calon kakak buat adik-adik saya Assalamu'alaikum Wr Wb. Mohon maaf kalau anda tidak berkenan. Tapi saya mohon bacalah surat ini hingga akhir. Baru kemudian silakan dibuang atau dibakar, tapi saya mohon, bacalah dulu sampai selesai. Saya, yang bernama_____menginginkan anda______ untuk menjadi isteri saya. Saya bukan siapa-siapa. Saya hanya manusia biasa. Buat masa ini saya mempunyai pekerjaan. Tetapi saya tidak tahu apakah kemudiannya saya akan tetap bekerja. Tapi yang pasti saya akan berusaha mendapatkan rezeki untuk mencukupi keperluan isteri dan anak-anakku kelak. Saya memang masih menyewa rumah. Dan saya tidak tahu apakah kemudiannya akan terus menyewa selamannya. Yang pasti, saya akan tetap berusaha agar isteri dan anak-anak saya tidak kepanasan dan tidak kehujanan. Saya hanyalah manusia biasa, yang punya banyak kelemahan dan beberapa kelebihan. Saya menginginkan anda untuk mendampingi saya. Untuk menutupi kelemahan saya dan mengendalikan kelebihan saya. Saya hanya manusia biasa. Cinta saya juga biasa saja. Oleh kerana itu Saya menginginkan anda supaya membantu saya memupuk dan merawat cinta ini, agar menjadi luar biasa. Saya tidak tahu apakah kita nanti dapat bersama-sama sampai mati. Kerana saya tidak tahu suratan jodoh saya. Yang pasti saya akan berusaha sekuat tenaga menjadi suami dan ayah yang baik. Kenapa saya memilih anda? Sampai saat ini saya tidak tahu kenapa saya memilih anda. Saya sudah sholat istikharah berkali-kali, dan saya semakin mantap memilih anda. Yang saya tahu, Saya memilih anda kerana Allah. Dan yang pasti, saya menikah untuk menyempurnakan agama saya, juga sunnah Rasulullah. Saya tidak berani menjanjikan apa-apa, saya hanya berusaha sekuat mungkin menjadi lebih baik dari sekarang ini. Saya memohon anda sholat istiqarah dulu sebelum memberi jawapan pada saya. Saya beri masa minima 1 minggu, maksima 1 bulan. Semoga Allah redha dengan jalan yang kita tempuh ini. Amin Wassalamu'alaikum Wr Wb
************ ********* *********
Irda memandang surat itu lama. Berkali-kali Irda membacanya. Baru kali ini Irda membaca surat 'lamaran' yang begitu indah. Sederhana, jujur dan realistik. Tanpa janji-janji yang melambung dan kata yang berbunga-bunga. Surat cinta biasa. Irda menatap sahabat disamping Irda. Dia menatap Irda dengan senyum tertahan.
Irda : Pesal hang pilih dia.....?
Sahabat Irda :Sebab dia manusia biasa.. (menjawab dgn mantap lagi).
Bakal husband aku sedar bahawa dia manusia biasa. Dia masih punya Allah yang mengatur hidupnya. Yang aku tau dia akan selalu berusaha tapi dia tak janjikan apa2.Soalnya dia tidak tahu, apa yang akan terjadi pada kami kemudian hari. Entah pasai apa, justeru itu memberikan kesenangan tersendiri kat aku.."
Irda :u mean what?
Sahabat Irda:Cheq oooiii...dunia ini fana. Apa yang kita punya hari ini belum tentu esok masih ada dan menjadi milik kita. Betul tak? Paling tidak.... Aku tau bahawa dia tidak akan frust kalau suatu masa nanti kami jadi miskin
Irda :Ssttt..... (Irda tutup mulutnya)
Khuatir kalu ada yang tau kami belum tidur. Terdiam kami memasang telinga. Sunyi. Suara jengkering terdengar nyaring diluar tembok. Kami saling berpandangan lalu gelak sambil menutup mulut masing-masing.
Irda: dah..dah...p tidur. Esok hang mengantuk, aku pula yang kena marah...
Kami kembali berbaring. Tapi mata ini tidak boleh pejam. Percakapan kami tadi masih terngiang terus ditelinga Irda.
Irda:Wei.....tidoq....Dah malam (irda mewarningnya tanpa menoleh padanya)
Irda ingin dia tidur, agar dia kelihatan cantik jelita esok pagi. Rasa mengantuk Irda telah hilang.Rasanya tidak akan tidur semalaman ini. Satu lagi pelajaran dari pernikahan Irda peroleh hari itu. Ketika manusia sedar dengan kemanusiaannya.
** Sedar bahawa ada hal lain yang mengatur segala kehidupannya. Begitu juga dengan sebuah pernikahan. Suratan jodoh sudah terpahat sejak roh ditiupkan dalam rahim. Tidak ada seorang pun yang tahu bagaimana dan berapa lama pernikahannya kelak. Lalu menjadikan proses menuju pernikahan bukanlah sebagai beban tetapi sebuah 'proses usaha'. Betapa indah bila proses menuju pernikahan mengabaikan harta, takhta dan 'nama'. Status diri yang selama ini melekat dan dibanggakan (aku anak orang ini/itu), ditanggalkan. Ketika segala yang 'melekat' pada diri bukanlah dijadikan pertimbangan yang utama. Pernikahan hanya dilandasi kerana Allah semata. Diniatkan untuk ibadah. Menyerahkan segalanya pada Allah yang membuat senarionya. Maka semua menjadi indah. Hanya Allah yang mampu menggerakkan hati setiap hamba-NYA. Hanya Allah yang mampu memudahkan segala urusan. Hanya Allah yang mampu menyegerakan sebuah pernikahan. Kita hanya boleh memohon keredhaan Allah. MemintaNYA mengurniakan barakah dalam sebuah pernikahan. Hanya Allah jua yang akan menjaga ketenangan dan kemantapan untuk menikah. Jadi, bagaimana dengan cinta? Ibu Irda pernah berkata, Cinta itu proses. Proses dari ada, menjadi hadir,lalu tumbuh, kemudian merawatnya. Agar cinta itu dapat bersemi dengan indah menaungi dua insan dalam pernikahan yang suci. Cinta tumbuh kerana suami/isteri (belahan jiwa). Cinta paling halal dan suci. Cinta dua manusia biasa, yang berusaha menggabungkannya agar menjadi cinta yang luar biasa. **
No comments:
Post a Comment